Senin, 06 Juli 2009

PROFIL PKBM BINA UMMAT

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Ummat adalah , adalah lembaga otonom di lingkungan komplek Masjid besar Ciparay Kab. Bandung, yang beralamat di Jl Raya Laswi No 01 Desa Pakutandang Kec. Ciparay K. Pos 40381, dengan akta notaris no 03 Tanggal 06 Maret 2008 , yang dibuat oleh Notaris Tatti Muktiati Hidayat , SH yang beralamat di Jl. Raya Caringin 359 Padalarang 40553 , sedangkan penetapan kepengurusannya ditetapkan oleh Surat keputusan Camat Ciparay Kab. Bandung nomor : 420/ KEP.22 / PM / 2008 tertanggal 25 Januari 2008, Surat Keputusan Camat ini di perlukan agar ada saluran yang jelas dan bisa dipertanggung jawabkan, bagi kegiatan – kegiatan yang akan berpotensi dalam upaya peningkatkan partisipasi masyarakat khususnya dalam bidang pendidikan non formal
Yayasan Keluarga Masjid (YKM) Besar Ciparay atau Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Besar Ciparay merasa perlu untuk mendirikan PKBM Bina Ummat ini dengan maksud untuk mempertegas dakwah Bil Hal Keluarga besar DKM Besar Ciparay kepada semua jamaahnya yang berasal dari berbagai golongan, secara lebih spesifik , PKBM Bina Ummat ini mempunyai tugas untuk :

1. tempat kegiatan belajar bagi warga masyarakat
2. tempat pusaran berbagai aktifitas yang ada dan berkembang di masyarakat
3. sumber informasi yang handal bagi warga masyarakat yang membutuhkan
keterampilan fungsional
4. tempat tukar-menukar berbagai pengetahuan dan keterempilan
5. tempat berkumpul masyarakat yang ingin meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan
6. forum komunikasi sosial demi tercapainya tujuan dan kebaikan dalam bidang
sosial, ekonomi dan budaya
7. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam
pendidikan formal.


Rencana Kerja atau kegiatan Tahunan PKBM Bina Ummat ini adalah :
1. Keaksaraan Fungsional, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) , Paket A, B dan C
2. English Conversation Club
3. Klab Bahasa Arab
4. Klab Membaca
5. BIMBEL (Bimbingan Belajar)
6. Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
7. Pelatihan Keterampilan hidup ( Internet, Service elektronika dan Las Listrik)

Cakupan wilayah kerja PKBM Bina Ummat ini mencakup seluruh wilayah kec. Ciparay (14 Desa) dan sekitarnya , sasaran kelompok masyarakat yang ingin di sentuh oleh PKBM Bina Ummat ini adalah , Mahasiswa, pelajar dan kelompok terdidik lainnya, sedangkan khusus untuk program keaksaraan fungsional, Paket A , B, C juga keterampilan hidup (life skill ) diperuntukan bagi masyarakat umum yang kurang mendapatkan pendidikan formal yang ada di desa-desa atau masyarakat di sekitar Mesjid Besar Ciparay.

PKBM Bina Ummat cukup optimis mampu melaksanakan rencana kerjanya, mengingat bahwa PKBM ini mempunyai potensi – potensi yang cukup menjanjikan :

1. Letaknya yang cukup strategis, di pusat kota mampu diakses semua warga dari berbagai kalangan dengan mudah.
2. Fasilitas yang cukup memadai
3. Mempunyai Jamaah yang berasal dari berbagai kalangan samapai pelosok desa
4. Didukung oleh para tokoh masyarakat Ciparay
5. Sumber daya Manusia (SDM) dari berbagai disiplin Ilmu juga Remaja Mesjid
6. Khusus untuk pendidikan Non Formal Informal, SDM d di PKBM Bina Ummat banyak yang berlatar belakang sebagai Pengajar.




STRUKTUR ORGANISASI
PKBM BINA UMMAT


Pembina :
1. Camat Ciparay
2. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Ciparay

Penanggung Jawab :
1. H. Dadang M Naser
2. Aceng M Bakri
2. Drs. Alan Suherlan


Pengurus PKBM Bina Ummat
Ketua : Irfan Fathurahman, S.Pd.
Wakil Ketua : Drs. Abdul Madjid
Sekretaris : Firmanyah S.P.d
Wakil Sekretaris : Otang Mutakin
Bendahara : Dadi Hendra, SE.
Wakil Bendahara : Euis Janjan Nurjanah, S.Pd.
Koordinator Program
a. Program Keaksaraan Fungsional : Ate Najmuddin, S.PdI.
b. Program Kejar Paket A : Firdaus Abdul Aziz
c. Program Kejar Paket B : Ahmad Saefudin, S.Ag.
d. Program Kejar Paket C : Onang Sopari, S.Pd.
e. Program PAUD : N. Lisnur Solihah, S.Pd.
f. Program Pendidikan Kecakapan Hidup Pendidikan Non-Formal (PKH-PNF) :
1. Pelatihan Internet : ary Santosa Yudha, s.Kom
2. Pelatihan Las Listrik : Dindin, S.Pd.
g. Bimbingan Belajar : Ulfah Sa’diah, S.Pi.
h. Taman Bacaan Masyarakat : Yuyun Falahudin, S.Ag.
i. ECC (English Conversation Club) : Wiki Henda, S.S.
j. SRC (Student Reading Community): Riyan Rosal Yosma O, A.Ma.

Rabu, 17 Juni 2009

AKHLAK YANG BAIK

Berkat ni’mat Tuhanmu, kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila, Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya, Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (Q.s. Al-Qalam (68) : 2-4)

Banyak ayat, hadist ataupun kisah-kisah di masa lalu yang menceritakan bahwa Rasullulah Saw didalam menjalankan fungsi ke-khalifahannya itu, senantiasa selalu dibekali oleh Allah SWT dengan sikap-sikap, prilaku, akhlak atau budi pekerti yang sangat mulia, sehingga banyak orang yang pada mulanya membenci malah kemudian berubah menjadi simpatik dan mengikuti semua ajaran yang disampaikan beliau Saw, masih ingat kisah Bilal bin Rabah, seorang budak belian berkulit hitam milik Umayyah yang berasal dari negeri Habsy itu, yang dengan penuh keikhlasan kemudian mendeklarasikan diri masuk Islam dihadapan Rasul Saw, setelah melihat pribadi Rasul Saw sebagai sosok yang ternyata mempunyai akhlak yang sangat mulia, walaupun sebagai konsekuensi atas keislamannya itu, Bilal kemudian harus menerima berbagai macam siksaan fisik dan mental yang teramat berat dari majikannya, yang tentunya majikannta tersebut merasa malu dan gusar atas keislaman budaknya tersebut. Bilal begitu terpesona melihat sosok Rasul Saw dengan agama barunya tersebut, yang selalu tampil sebagai seorang pribadi tulus, yang tidak pernah berdusta, setia terhadap semua amanah yang dipegangnya, gaya bicara yang ramah, bisa dipercaya dan penuh kasih sayang terhadap sesama.
Hal ini berlaku pula pada Siti Khadijah, seorang janda rupawan yang sekaligus seorang saudagar kaya ini, sebelum kemudian ia menjadi isteri Rasul Saw, pada awalnya ia sangat tertarik pada pribadi Rasul Saw yang jujur dan penuh tanggung jawab ketika diberi amanah untuk melakukan transaksi bisnis ke luar kota, yang ternyata memperoleh keuntungan melimpah dikarenakan kejujurannya tersebut, ini jarang terjadi kepada orang lain yang diberi tugas yang sama oleh Khadijah, di kemudian hari Bilal maupun Khadijah ini tercatat sebagai penyokong utama perjuangan dakwah Rasul Saw yang selalu rela mengorbankan harta dan nyawanya didalam rangka menyebarluaskan ajaran Islam, kalau kita cermati akan masih banyak tokoh lain dalam sejarah Islam yang lalu masuk Islam dan menjadi pembela Islam yang utama dikarenakan pada mulanya ia tertarik akan pribadi mulia Rasul Saw.
Sebenarnya mungkin bukan sesuatu yang aneh, ketika masalah akhlak ini dijadikan faktor utama penentu keberhasilan dakwah Rasul Saw, karena memang tugas utama beliau tiada lain adalah untuk menyempurnakan akhlak seluruh umat manusia yang ada dimuka bumi ini, agar nantinya makhluk yang selalu di pandang sebagai yang paling mulia di antara semua makhluk ciptaan-Nya ini, dapat memberi kebaikan bagi semua jenis makhluk yang ada di sekitarnya, dengan begitu manusia bisa menjadi sebenar-benarnya rahmat bagi seluruh alam, Rahmatan Lil Alamin, akhlak bisa dijadikan parameter sederhana untuk mengukur tingkat keimanan seorang muslim, sejalan dengan isyarat Allah SWT yang pernah memberi penekanan bahwa manusia yang imannya paling baik, paling takwa di hadapan-Nya adalah manusia yang selalu memberi manfaat bagi lingkungan di sekitarnya, dia selalu menebar bibit-bibit perdamaian, persahabatan, ketentraman dan kasih sayang bukan bibit-bibit permusuhan, kerusakan atau dendam antar sesama, sebagaimana sering terjadi sekarang ini.
Islam memang sangat menjunjung tinggi eksistensi akhlak, karenanya akhlak selalu menjadi tema pokok dalam setiap pembahasan tentang Islam, bicara tentang Islam hampir tidak bisa dipisahkan dengan persoalan akhlak, ketika Siti Aisyah ditanya tentang akhlak Rasul Saw, maka ia menjawab bahwa akhlak Rasul Saw adalah Al-Qur’an, sedangkan Al-Qur’an sendiri merupakan panduan yang paling pokok bagi setiap muslim didalam menjalankan agamanya, satu kali diceritakan bahwa pernah suatu ketika datang seorang pria ke hadapan Rasulullah Saw, dan bertanya, “Ya, Rasulullah, apakah agama itu?” Beliau menjawab, “ akhlak yang baik.” Lalu pria itu mendatanginya dari sebelah kanannya, dan bertanya, “Apakah agama itu?” Beliau menjawab,” akhlak yang baik.” Kemudian pria itu menghampirinya dari sebelah kiri, dan bertanya,”Apakah agama itu?” Beliau menjawab,”akhlak yang baik,” Lalu orang itu mendatanginya dari belakang, dan bertanya, “Apakah agama itu? Nabi balik bertanya, ”Apakah kamu belum mengerti? Yaitu kamu tidak boleh marah.” Memilih untuk marah atau sabar adalah persoalan akhlak, dan Rasul Saw lebih banyak memilih sabar dan tawakal sambil terus bermunajat kepada Allah Saw ketika banyak menghadapi beragam tantangan dakwah, walaupun dalam hal-hal yang prinsipil beliau memilih marah, itupun setelah mendapat isyarat Allah SWT. Pada kesempatan yang lain, Rasullulah Saw kembali ditanya, “Ya Rasullulah, apakah yang merugikan (syu’m) itu?” Beliau menjawab, ”akhlak yang buruk.”
Sejarah pun banyak membuktikan bahwa hancurnya peradaban suatu kaum selalu di awali dari adanya gejala pemasyarakatan atau pembiasaan akhlak yang buruk yang dilakukan secara kolektif oleh kaum tersebut, sebutlah kisah kaum Nabi Nuh AS yang lebih memilih kekufuran dan melakukan banyak kemaksiaan sambil tentunya menolak seruan keimanan yang disampaikan oleh Nabi Nuh AS, (Q.s Asy-Syuara:111-115) termasuk isteri dan puteranya, hingga akhirnya turunlah azab Allah SWT melalui banjir besar yang menenggelamkan daerah dimana kaum tersebut tinggal, semua binasa kecuali hanya mereka yang turut pada ajaran Nabi Nuh AS(Q.s Asy-Syuara:119-122), atau kisah kaum Nabi Luth AS yang memiliki prilaku seks menyimpang, dimana budaya menyukai sesama jenis (homo) marak terjadi pada masa itu, Allah SWT menjadi murka, kaum Nabi Luth AS pun mendapat azab berupa gempa dahsyat yang membinasakan semua peradaban yang pernah dibuat oleh kaum Nabi Luth AS. Kita jadi khawatir dengan penomena maraknya kasus perkosaan, perzinahan, anak yang lahir tanpa bapak, penyakit AIDS yang belum juga ditemukan penangkalnya, yang sering terjadi akhir-akhir ini tidaklah terlepas dari akibat menjamurnya prilaku seks bebas dan atraksi pornografi diberbagai media yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya bangsa, kalau hal ini terus dibiarkan maka bisa jadi satu hari nanti Allah SWT akan menurunkan azabnya kepada negeri ini sebagaimana yang pernah dialami oleh kaum Nabi Nuh AS dan Nabi Luth AS, Na’udzu billahi min dzalik.
Islam memang agama “sederhana” yang selalu berterus terang tentang segala hal, ajarannya selalu sesuai dengan akal dan logika manusia, inilah yang kemudian Islam dikenal sebagai agama yang senantiasa selalu mengakomodir segala sesuatu yang sudah menjadi fitrahnya manusia, pengakuan Islam terhadap pentingnya menegakkan akhlak yang baik ditengah-tengah masyarakat adalah bukti mengenai hal tersebut. Logika manusia yang paling jujur pastilah mengatakan bahwa akhlak yang baik tentu lebih maslahat bagi kehidupan umat manusia dibanding akhlak yang buruk, akhlak yang baik tentu lebih disukai oleh manusia dibanding akhlak yang buruk, sekalipun manusia tersebut mempunyai prilaku yang sangat tidak baik di masyarakat, akhlak yang baik selalu membawa ketenangan, kedamaian, keteraturan di tengah-tengah masyarakat berbeda dengan akhlak yang buruk yang selalu membawa kekacauan, ketidakteraturan, dan ketidaktenangan hidup di tengah masyarakat.
M.Quraish Shihab member penekanan dengan mengatakan bahwa untuk mengukur apakah sebuah perilaku itu baik atau buruk, mestilah merujuk kepada ketentuan Allah SWT, apa yang dinilai baik oleh Allah SWT, pasti baik dalam esensinya, demikian pula sebaliknya apa yang dinilai jelek oleh Allah SWT maka jelek pula dalam esensinya, tidak mungkin Allah SWT menilai sebuah kasus pencurian baik, karena mencuri esensinya jelek, tidak mungkin Allah SWT mengatakan bahwa berbohong itu baik, karena berbohong itu esensinya jelek, maka untuk lebih aman bagi kita didalam berprilaku, kita mestinya mencontoh sifat-sifat Allah SWT , dalam surat Thaha (20): 8 disebutkan bahwa allah SWT mempunyai sifat-sifat yang terpuji (Al-Asma’Al-Husna) yang jumlahnya Sembilan puluh Sembilan sifat itu, sebagaimana popular disebutkan dalam hadist, ini pula yang sebenarnya dilakukan oleh Rasul Saw, meniru akhlak Allah SWT, beliau Saw pernah berkata : ”Berakhlaklah dengan akhlak Allah”, mudah-mudahan kita termasuk segolongan ummat yang selalu diberi kekuatan iman untuk bisa mengikuti semua ajaran Allah SWT dan para rasul-Nya, Semoga…

Minggu, 07 Juni 2009

PKBMBINAUMMAT

PKBMBINAUMMAT

Senin, 01 Juni 2009

“ BANGUN UKHUWAH DENGAN KARYA NYATA “




Perumpamaan kaum mukminin dalam hal jalinan kasih sayang, kecintaan dan kesetiakawanan, sama seperti satu tubuh, yang bila salah satu anggotanya mengeluh karena sakit, maka seluruh anggota lainnya menunjukkan simpatinya dengan berjaga semalaman dan menanggung panas karena demam

(Hadist Bukhari dan Muslim)

Indonesia, adalah negara yang hampir 90 % jumlah penduduknya menganut agama Islam, sangatlah beralasan kalau kita mempunyai asumsi bahwa semua permasalahan bangsa Indonesia merupakan masalah umat Islam secara keseluruhan, contoh yang paling gampang ketika negeri ini dihantam krisis ekonomi, maka tentunya yang paling merasakan akibatnya sebagian besar adalah penduduk yang beragama Islam.

Karenanya sebagai konsekuensi logis, umat Islam jugalah yang harus lebih dominan bertanggung jawab secara sosial dan politik dibanding umat beragama lain didalam usaha menanggulangi segala permasalahan bangsa tersebut, namun tanggung jawab sosial ini tidak akan pernah bisa muncul ke permukaan dan berlaku secara fungsional apabila umat Islam yang tersebar di berbagai lapisan ini, telah kehilangan rasa kesetiakawanannya setidak-tidaknya kepada sesama muslim.

Hadist Bukhari diatas memberikan gambaran, kepada kita semua, bahwa persoalan membangun kesetiakawanan tidaklah bisa dilepaskan dari persoalan pentingnya menjaga persaudaraan (ukhuwah), tentu dengan dibarengi tindakan-tindakan yang nyata didalam menyelesaikan bermacam persoalan tersebut, karenanya para ulama seringkali mengingatkan pada kita semua tentang pentingnya menjaga ukhuwah, baik itu ukhuwah basyariyyah (persaudaraan kemanusiaan), ukhuwah wathaniyyah (persaudaraan kebangsaan) ataupun ukhuwah Islamiyyah (persaudaraan Islam).

Hal diatas senada dengan Jalaludin Rahmat yang pernah pula menegaskan bahwa terpuruknya kondisi umat Islam di berbagai negara, yang saat ini terkepung oleh berbagai masalah seperti kemiskinan, kelaparan dan kebodohan, disebabkan karena telah hilangnya rasa kesetiakawanan sosial dan persaudaraan diantara umat Islam itu sendiri ,yang kemudian berdampak pada semakin melebarnya jurang kesenjangan sosial di semua lapisan masyarakat.
Penyebabnya adalah jelas karena umat Islam selama ini cenderung keliru mengartikan kata ibadah dengan membatasinya hanya pada pengertian ibadah-ibadah ritual belaka, lebih jauh beliau mengatakan betapa banyak umat Islam yang disibukkan dengan urusan-urusan ibadah mahdhah tetapi mengabaikan persoalan kemiskinan, kebodohan, penyakit, kelaparan, kesengsaraan, dan kesulitan hidup yang diderita saudara-saudara mereka, akibatnya kesolehan ritual (ritual piety) selalu lebih besar dari pada kesolehan sosial (social piety).
Dengan bahasa yang agak puitis, jalaludin menulis betapa banyak orang kaya Islam yang dengan khusyuk meratakan dahinya di atas sajadah, sementara di sekitarnya tubuh-tubuh layu digerogoti penyakit dan kekurangan gizi. Atau betapa mudahnya jutaan -bahkan milyaran- uang dihabiskan untuk upacara-upacara keagamaan, di saat ribuan anak tidak dapat melanjutkan sekolah, ribuan orang tua masih harus menanggung beban mencari sesuap nasi, ribuan orang sakit menggelepar menunggu maut karena tidak dapat membayar biaya rumah sakit. Padahal pada masa lalu Islam telah mampu diaplikasikan sebagai sebuah ajaran yang juga efektif sebagai solusi untuk menanggulangi semua permasalahan sosial yang terjadi, hingga Islam dikenal pula sebagai agama pembebas kaum mustad’afin dan dhu’afa, untuk itu mesti ada usaha yang bisa membuat ajaran Islam kembali bisa diimplementasikan secara nyata dalam menyelesaikan segala persoalan ummat sebagaimana digambarkan diatas. Tiada cara lain kecuali dengan bersinergis meningkatkan rasa persaudaraan dan melakukan karya-karya nyata.

Keberagaman atau perbedaan kondisi fisik, ekonomi, dan status sosial diantara kaum muslimin sebenarnya adalah fitrah atau sunnatullah semua makhluk yang hidup di alam fana ini, sebagaimana tercantum dalam (Qs, Al-Ahzab : 62 ) : "sebagai sunnah Allah yang Berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah". Dan ini sebetulnya mesti kita tafakuri sebagai bagian dari keindahan yang diciptakan oleh sang maha kuasa, Allah SWT, agar mereka saling mengenal, saling berkomunikasi bahkan saling membantu.

Sebenarnya mudah saja bagi Allah SWT untuk menjadikan ummat manusia ini ada dalam kondisi atau keadaan yang seragam, tetapi ini tidaklah menjadi kehendakNya, dengan maksud agar , kita selaku ummatnya mempunyai peluang untuk selalu berlomba-lomba dalam hal berbuat kebajikan, sebagaimana di sebut dalam (Qs, Al-Maidah: 48) : "Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya "

Kesenjangan sosial, maupun permasalahan ummat yang lainnya ini akan menjadi masalah besar apabila semuanya nampak menjadi tidak wajar (irrasional), yang bisa diindikasikan dengan munculnya kecemburuan sosial yang berlebihan dan menjurus pada sesuatu tindakan yang destruktif diantara sebagian muslim terhadap sebagian muslim yang lainnya, ini bisa terjadi bila memang tidak ada kepedulian, rasa kesetiakawanan dan persaudaraan diantara kita, inilah sebenarnya pekerjaan rumah yang saat ini mesti kita pikirkan dengan serius, yang jelas Allah SWT pernah mengisyaratkan bahwa bukan termasuk umat-Ku yang tidak peduli pada saudaranya, untuk itu mari kita bangun ukhuwah dengan karya nyata, Wallahu a’lam bishawwab.