Rabu, 17 Juni 2009

AKHLAK YANG BAIK

Berkat ni’mat Tuhanmu, kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila, Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya, Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (Q.s. Al-Qalam (68) : 2-4)

Banyak ayat, hadist ataupun kisah-kisah di masa lalu yang menceritakan bahwa Rasullulah Saw didalam menjalankan fungsi ke-khalifahannya itu, senantiasa selalu dibekali oleh Allah SWT dengan sikap-sikap, prilaku, akhlak atau budi pekerti yang sangat mulia, sehingga banyak orang yang pada mulanya membenci malah kemudian berubah menjadi simpatik dan mengikuti semua ajaran yang disampaikan beliau Saw, masih ingat kisah Bilal bin Rabah, seorang budak belian berkulit hitam milik Umayyah yang berasal dari negeri Habsy itu, yang dengan penuh keikhlasan kemudian mendeklarasikan diri masuk Islam dihadapan Rasul Saw, setelah melihat pribadi Rasul Saw sebagai sosok yang ternyata mempunyai akhlak yang sangat mulia, walaupun sebagai konsekuensi atas keislamannya itu, Bilal kemudian harus menerima berbagai macam siksaan fisik dan mental yang teramat berat dari majikannya, yang tentunya majikannta tersebut merasa malu dan gusar atas keislaman budaknya tersebut. Bilal begitu terpesona melihat sosok Rasul Saw dengan agama barunya tersebut, yang selalu tampil sebagai seorang pribadi tulus, yang tidak pernah berdusta, setia terhadap semua amanah yang dipegangnya, gaya bicara yang ramah, bisa dipercaya dan penuh kasih sayang terhadap sesama.
Hal ini berlaku pula pada Siti Khadijah, seorang janda rupawan yang sekaligus seorang saudagar kaya ini, sebelum kemudian ia menjadi isteri Rasul Saw, pada awalnya ia sangat tertarik pada pribadi Rasul Saw yang jujur dan penuh tanggung jawab ketika diberi amanah untuk melakukan transaksi bisnis ke luar kota, yang ternyata memperoleh keuntungan melimpah dikarenakan kejujurannya tersebut, ini jarang terjadi kepada orang lain yang diberi tugas yang sama oleh Khadijah, di kemudian hari Bilal maupun Khadijah ini tercatat sebagai penyokong utama perjuangan dakwah Rasul Saw yang selalu rela mengorbankan harta dan nyawanya didalam rangka menyebarluaskan ajaran Islam, kalau kita cermati akan masih banyak tokoh lain dalam sejarah Islam yang lalu masuk Islam dan menjadi pembela Islam yang utama dikarenakan pada mulanya ia tertarik akan pribadi mulia Rasul Saw.
Sebenarnya mungkin bukan sesuatu yang aneh, ketika masalah akhlak ini dijadikan faktor utama penentu keberhasilan dakwah Rasul Saw, karena memang tugas utama beliau tiada lain adalah untuk menyempurnakan akhlak seluruh umat manusia yang ada dimuka bumi ini, agar nantinya makhluk yang selalu di pandang sebagai yang paling mulia di antara semua makhluk ciptaan-Nya ini, dapat memberi kebaikan bagi semua jenis makhluk yang ada di sekitarnya, dengan begitu manusia bisa menjadi sebenar-benarnya rahmat bagi seluruh alam, Rahmatan Lil Alamin, akhlak bisa dijadikan parameter sederhana untuk mengukur tingkat keimanan seorang muslim, sejalan dengan isyarat Allah SWT yang pernah memberi penekanan bahwa manusia yang imannya paling baik, paling takwa di hadapan-Nya adalah manusia yang selalu memberi manfaat bagi lingkungan di sekitarnya, dia selalu menebar bibit-bibit perdamaian, persahabatan, ketentraman dan kasih sayang bukan bibit-bibit permusuhan, kerusakan atau dendam antar sesama, sebagaimana sering terjadi sekarang ini.
Islam memang sangat menjunjung tinggi eksistensi akhlak, karenanya akhlak selalu menjadi tema pokok dalam setiap pembahasan tentang Islam, bicara tentang Islam hampir tidak bisa dipisahkan dengan persoalan akhlak, ketika Siti Aisyah ditanya tentang akhlak Rasul Saw, maka ia menjawab bahwa akhlak Rasul Saw adalah Al-Qur’an, sedangkan Al-Qur’an sendiri merupakan panduan yang paling pokok bagi setiap muslim didalam menjalankan agamanya, satu kali diceritakan bahwa pernah suatu ketika datang seorang pria ke hadapan Rasulullah Saw, dan bertanya, “Ya, Rasulullah, apakah agama itu?” Beliau menjawab, “ akhlak yang baik.” Lalu pria itu mendatanginya dari sebelah kanannya, dan bertanya, “Apakah agama itu?” Beliau menjawab,” akhlak yang baik.” Kemudian pria itu menghampirinya dari sebelah kiri, dan bertanya,”Apakah agama itu?” Beliau menjawab,”akhlak yang baik,” Lalu orang itu mendatanginya dari belakang, dan bertanya, “Apakah agama itu? Nabi balik bertanya, ”Apakah kamu belum mengerti? Yaitu kamu tidak boleh marah.” Memilih untuk marah atau sabar adalah persoalan akhlak, dan Rasul Saw lebih banyak memilih sabar dan tawakal sambil terus bermunajat kepada Allah Saw ketika banyak menghadapi beragam tantangan dakwah, walaupun dalam hal-hal yang prinsipil beliau memilih marah, itupun setelah mendapat isyarat Allah SWT. Pada kesempatan yang lain, Rasullulah Saw kembali ditanya, “Ya Rasullulah, apakah yang merugikan (syu’m) itu?” Beliau menjawab, ”akhlak yang buruk.”
Sejarah pun banyak membuktikan bahwa hancurnya peradaban suatu kaum selalu di awali dari adanya gejala pemasyarakatan atau pembiasaan akhlak yang buruk yang dilakukan secara kolektif oleh kaum tersebut, sebutlah kisah kaum Nabi Nuh AS yang lebih memilih kekufuran dan melakukan banyak kemaksiaan sambil tentunya menolak seruan keimanan yang disampaikan oleh Nabi Nuh AS, (Q.s Asy-Syuara:111-115) termasuk isteri dan puteranya, hingga akhirnya turunlah azab Allah SWT melalui banjir besar yang menenggelamkan daerah dimana kaum tersebut tinggal, semua binasa kecuali hanya mereka yang turut pada ajaran Nabi Nuh AS(Q.s Asy-Syuara:119-122), atau kisah kaum Nabi Luth AS yang memiliki prilaku seks menyimpang, dimana budaya menyukai sesama jenis (homo) marak terjadi pada masa itu, Allah SWT menjadi murka, kaum Nabi Luth AS pun mendapat azab berupa gempa dahsyat yang membinasakan semua peradaban yang pernah dibuat oleh kaum Nabi Luth AS. Kita jadi khawatir dengan penomena maraknya kasus perkosaan, perzinahan, anak yang lahir tanpa bapak, penyakit AIDS yang belum juga ditemukan penangkalnya, yang sering terjadi akhir-akhir ini tidaklah terlepas dari akibat menjamurnya prilaku seks bebas dan atraksi pornografi diberbagai media yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya bangsa, kalau hal ini terus dibiarkan maka bisa jadi satu hari nanti Allah SWT akan menurunkan azabnya kepada negeri ini sebagaimana yang pernah dialami oleh kaum Nabi Nuh AS dan Nabi Luth AS, Na’udzu billahi min dzalik.
Islam memang agama “sederhana” yang selalu berterus terang tentang segala hal, ajarannya selalu sesuai dengan akal dan logika manusia, inilah yang kemudian Islam dikenal sebagai agama yang senantiasa selalu mengakomodir segala sesuatu yang sudah menjadi fitrahnya manusia, pengakuan Islam terhadap pentingnya menegakkan akhlak yang baik ditengah-tengah masyarakat adalah bukti mengenai hal tersebut. Logika manusia yang paling jujur pastilah mengatakan bahwa akhlak yang baik tentu lebih maslahat bagi kehidupan umat manusia dibanding akhlak yang buruk, akhlak yang baik tentu lebih disukai oleh manusia dibanding akhlak yang buruk, sekalipun manusia tersebut mempunyai prilaku yang sangat tidak baik di masyarakat, akhlak yang baik selalu membawa ketenangan, kedamaian, keteraturan di tengah-tengah masyarakat berbeda dengan akhlak yang buruk yang selalu membawa kekacauan, ketidakteraturan, dan ketidaktenangan hidup di tengah masyarakat.
M.Quraish Shihab member penekanan dengan mengatakan bahwa untuk mengukur apakah sebuah perilaku itu baik atau buruk, mestilah merujuk kepada ketentuan Allah SWT, apa yang dinilai baik oleh Allah SWT, pasti baik dalam esensinya, demikian pula sebaliknya apa yang dinilai jelek oleh Allah SWT maka jelek pula dalam esensinya, tidak mungkin Allah SWT menilai sebuah kasus pencurian baik, karena mencuri esensinya jelek, tidak mungkin Allah SWT mengatakan bahwa berbohong itu baik, karena berbohong itu esensinya jelek, maka untuk lebih aman bagi kita didalam berprilaku, kita mestinya mencontoh sifat-sifat Allah SWT , dalam surat Thaha (20): 8 disebutkan bahwa allah SWT mempunyai sifat-sifat yang terpuji (Al-Asma’Al-Husna) yang jumlahnya Sembilan puluh Sembilan sifat itu, sebagaimana popular disebutkan dalam hadist, ini pula yang sebenarnya dilakukan oleh Rasul Saw, meniru akhlak Allah SWT, beliau Saw pernah berkata : ”Berakhlaklah dengan akhlak Allah”, mudah-mudahan kita termasuk segolongan ummat yang selalu diberi kekuatan iman untuk bisa mengikuti semua ajaran Allah SWT dan para rasul-Nya, Semoga…

0 komentar: